salonkerudungmuslimah
Senin, 11 Februari 2013
Meraih Rezeki Yang Sudah Tersaji
Natin melintas didepan kantin yang letaknya dibelakang
gedung perkantoran mewah itu. Sempat lega karena kali ini, orang-orang yang
biasa nongkrong disitu sudah tidak ada lagi. Mungkin mereka sudah sadar bahwa
rezeki mesti diperjuangkan, sedangkan waktu sangat terbatas adanya. Kegembiraan
Natin tidak berlangsung lama. Karena sesaat kemudian satu persatu orang itu
pada berdatangan. “Gila,” kata salah seorang dari mereka. “Boss gue lagi di
kantor,” lanjutnya. Disambut dengan kalimat ‘Iya, boss gue juga’ oleh
orang-orang yang lainnya. Kemudian mereka kembali bergerombol seperti biasanya.
Rupanya, mereka masih mengimani bahwa rezeki setiap orang sudah ditentukan
Tuhan. Jadi tidak ada gunanya kerja lebih gigih. Kalau pun keadaan mereka
sering kekurangan ya mau gimana lagi? Kan cuman segitu jatah dari Tuhan. Anak
dan istrinya pun tidak boleh menuntut lebih. Karena – katanya – hal itu
menggambarkan pengingkaran kepada takdir Tuhan. Toko Kerudung dan Hijab Online
Ayah punya beberapa teman yang kehidupannya sangat baik.
Punya mobil bagus. Punya rumah indah. Tapi, sehari-harinya mereka lebih banyak
terlihat ada ditempat. Tidak seperti Ayah yang setiap hari, mesti berangkat
pagi sekali. Dan pulang sering larut malam. Sampai-sampai Ayah bicara dalam
hatinya;”Takdir ini tidak adil. Orang yang kerja keras, dikasih sedikit.
Sedangkan orang yang malas, diberi lebih banyak….”
Tapi anehnya, Ayah juga tidak berani ambil resiko kalau
berhenti berusaha. Karena Ayah percaya jika tidak bekerja maka Ayah tidak akan
mendapatkan nafkah. Jika percaya pada
ketidakadilan takdir itu, kenapa Ayah tidak memilih menjadi orang malas saja
ya? Tentu saja tidak mau, karena orang-orang yang kerjaannya kebanyakan
bergerombol itu pun juga lebih payah lagi kehidupan ekonominya. Jangan-jangan,
takdir hanya memihak kepada orang-orang tertentu saja ya? Mungkin begitu sih. Makanya
ada beberapa teman Ayah yang makmur meskipun tidak jelas kerjaanya apa.
Seandainya Ayah mau diajak Natin untuk bertemu dengan
gurunya. Tentu pemahaman Ayah terhadap takdir tidak akan serapuh itu. Kadang
Ayah mikir, jika tidak berusaha; bagaimana mungkin bisa mendapatkan hasilnya? Tapi,
ketika usahanya tidak kunjung menghasilkan apa yang diharapkan, Ayah jadi
teringat bahwa rezeki setiap orang sudah dijatah oleh Tuhan. Semuanya itu
menunjukkan kebingungan Ayah yang tidak ada ujungnya.
Tidak bakal bingung seperti itu jika Ayah sempat bertemu
dengan gurunya Natin. Soalnya, Natin pernah mendatangi beliau dalam kebingungan
yang sama. “Guru, benarkah jika usaha kita tidak akan menambah rezeki yang
Tuhan jamin untuk kita?” begitu dia bertanya. Yang dijawab oleh gurunya dengan
kata ‘benar’. Salon pengantin muslimah
“Dan guru,” kata Natin lagi. “Benarkah meskipun tidak
berusaha rezeki kita tetap dijamin oleh Tuhan?” begitu pertanyaannya kemudian.
“Benar.” Gurunya memberikan jawaban yang sama. Iconia PC Tablet Dengan Windows 8
“Tapi guru,” katanya. Sekali lagi. “Bukankah Tuhan tidak
memberikan sesuatu kepada hambanya selain yang dia usahakan?” Lagi-lagi gurunya
mengatakan ‘benar”. Seolah beliau tidak memiliki jawaban lain yang lebih
kreatif dari sekedar kata ‘benar’. Sungguh sangat membingungkan.
Natin semakin tidak mengerti dengan ajaran yang jelas-jelas
bertolak belakang itu. Ketiga pertanyaan itu bukan hal sembarangan. Karena semuanya
tertera dalam kitab suci. “Kayaknya, Tuhan itu tidak konsisten jika demikian,”
begitu terlintas dalam pikirannya.
Selagi bingung itu. Seseorang datang dengan nampan berisi dua cangkir kosong. Dan
sebuah poci penuh berisi air perasan jeruk yang dipetik dari kebun pribadi sang
guru. Gelas dan poci itu diletakkan diatas meja yang memisahkan tempat duduk
mereka. Lalu orang itu pergi tanpa berkata-kata. Sang guru menuangkan minuman
menyegarkan itu kedalam cangkirnya sendiri. Lalu beliau meminumnya. Seruput
nikmatnya terdengar sangat menggoda. Sepertinya beliau tidak begitu peduli
kepada Natin yang hanya bisa menelan ludah. Menyaksikan secangkir air jeruk
yang rasanya manis asem itu ludes diminum gurunya. Sekolah Belajar Forex FBS Indonesia
Sang guru kemudian menuangkan kembali isi poci itu kedalam
cangkirnya. Lalu meminumnya kembali. Sedangkan Natin hanya menonton saja.
Begitu pula ketika sang guru melakukannya untuk kali yang ketiga.
“G-guru….” Kata Natin ragu. “K-Kenapa guru tega tidak
memberikan minuman itu kepada saya?” protesnya. “Orang yang membawa minuman ini
sudah menyediakannya untuk kita berdua,” tambahnya.
“Tapi hanya aku yang
mau bersusah payah menuangkannya kedalam cangkir.” Jawab sang guru. “Lalu
meminumnya.” Tambahnya. “Sedangkan orang lainnya, hanya menonton saja sambil
berharap seseorang menuangkannya untuk dirinya….”
Kali ini Natin merasakan jika kalimat itu ditujukan kepada
dirinya. Nyindir.
“Seperti itulah Tuhan memberikan rezekinya kepada hamba-hambanya…”
begitu sang guru melanjutkan. “Dia meletakkan poci rezeki itu dihadapan semua
orang.” Lanjutnya. “Tapi kenikmatannya hanya bisa dirasakan oleh mereka yang
mau mengulurkan tangannya untuk menuangkan isinya kedalam gelasnya.” Tambahnya.
Natin seperti disentil. Tiba-tiba saja dia menyadari jika
gurunya sedang menunjukkan kepadanya bahwa bahkan untuk sekedar mendapatkan
secangkir minum pun seseorang harus mau ikhtiar. Sekalipun minuman itu sudah
disajikan dihadapannya.
Sekarang Natin paham bahwa rezeki Tuhan, memang sudah
disodorkan dihadapan setiap orang. Namun, orang itu harus mau melakukan
tindakan yang semestinya supaya rezeki itu bisa didapatkannya. Sedangkan manusia
sering mengira jika Tuhan tidak memberinya. Padahal, pemberian Tuhan sudah
tersaji dihadapan semua orang. Hanya saja. Ada orang yang mau mengambilnya. Dan
ada orang yang mengharapkan tangan Tuhan menyuapkan kedalam mulutnya. Jangan-jangan.
Rezeki buat kita itu sudah berserakan disekitar kita. Namun, kita tidak mau susah
payah untuk menggapainya.
Sang guru kemudian menceritakan kisah tentang perempuan
agung yang namanya diabadikan Tuhan di langit dan di bumi. Mariam, kitab suci
menyebutkan namanya. Bunda Maria, demikian orang-orang mengenalnya. Ketika
beliau tengah mengandung dengan susah payah. Terkucil dalam kesendirian. Terpenjara
dalam segala kebutuhan. Terjebak diantara lapar dahaga, dengan
ketidakberdayaan. Rasa sakit menjelang kelahirannya semakin menguatkan
pengharapannya atas pertolongan Tuhan.
Lalu Jibril datang. Kemudian dia membisikan pesan dari
Tuhan. “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu. Niscaya dia akan
menggugurkan buah kurma yang matang kepadamu……” begitulah adegan yang
dikisahkan dalam surah 19 (Maryam) ayat 25.
“Kenapa Jibril tidak memetikkan buah kurma itu untuk
Mariam?” tanya sang guru.
Natin tidak menjawabnya. Hanya mengangguk kecil tanda paham
makna pertanyaannya. Bahkan untuk seorang perempuan agung yang tengah dilanda beratnya
beban melahirkan tanpa bantuan, Tuhan menghendaki ikhtiar. Apalagi untuk
orang-orang seperti kita.
Natin segera meraih poci berisi air jeruk itu. Lalu
menuangkannya kedalam cangkirnya. Kemudian dia meneguknya hingga tetes demi tetesnya
terasa menyegarkan kerongkongan sampai meresap kesetiap urat dan sendiri-sendi
tubuhnya. Aaaah… segarnya. Bukan hanya raga fisiknya yang merasakan kesegaran
itu. Melainkan juga jiwanya. Karena sejak saat itu Natin paham, bahwa ikhtiar
itu merupakan jembatan antara poci rezeki yang Tuhan sediakan dihadapan setiap insan,
dengan tubuhnya yang siap untuk menikmati kelezatan anugerahnya. Ikhtiar.
Itulah yang memisahkan keduanya. Sehingga dengan ikhtiar, rezeki itu akan
sampai kepada setiap sel didalam tubuhnya.
Natin tidak ingin menasihati orang-orang di kantin itu.
Hanya saja, dia berharap semoga sampai kepada mereka kisah tentang Maryam itu
kepadanya. Supaya mereka sadar, bahwa setiap lelaki mempunyai keleluasaan yang
lebih besar untuk ikhtiar. Karena demikianlah Tuhan menciptakan mereka dalam
fitrahnya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Sehingga layak. Jika mereka
memiliki kegigihan yang tidak tergoyahkan dalam usahanya mencari karunia untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Semoga kepada mereka sampai pesan utama perintah Jibril
kepada perempuan yang sedang hamil itu untuk terus berikhtiar mendapatkan
nafkahnya. Meski Tuhan telah menumbuhkan pohon kurma liar yang berbuah lebat
lagi matang. Bahwa dalam kondisi yang serba kepayahan pun, kita; diperintahkan
untuk terus berusaha. Supaya para lelaki itu menyadari bahwa para perempuan
sudah sedemikian tangguhnya memperjuangkan hidup, sementara para lelaki sering menjadi
mahluk lemah yang mudah menyerah. Seperti yang dicontohkan oleh ibu tua pemilik
warung itu. Yang tetap teguh berusaha menghasilkan nafkahnya. Ditengah-tengah
para lelaki yang tidak sadar bahwa permainan membuang-buang waktunya itu, akan
menyebabkan rezeki yang sudah Tuhan sediakan dalam poci tidak tertuang kedalam
cangkir-cangkir rezeki mereka.
Tapi Natin senang. Karena setidaknya sekarang Ayah sudah
paham. Bahwa meskipun poci rezeki itu sudah Tuhan siapkan bagi setiap orang, namun
dia harus berjuang untuk mendapatkannya. Seperti Mariam yang mulia, menggoyangkan
pohon kurma; atas perintah Tuhannya. Seketika itu juga Ayah tahu, bahwa temannya
yang makmur namun terlihat santai itu justru mempunyai banyak ikhtiar. Sehingga
semakin kuatlah keimanan Ayah bahwa ikhtiar dan kerja kerasnya itu adalah jalan
untuk meraih rezeki yang sudah tersaji agar bisa dinikmati. Dengan seijin
Ilahi.
Kamis, 24 Januari 2013
Salon Kerudung & Jilbab Muslimah Untuk Pernikahan dan Wisuda
Assalammu'alaikum wr wb,
Berawal dari semakin banyaknya kebutuhan untuk jasa stylish dan tata rias salon kerudung/jilbab untuk acara pesta pernikahan maupun wisuda, maka kami mencoba memfasilitasi kebutuhan tersebut. Team kami sudah sangat berpengalaman menangani kebutuhan stylish kerudung/jilbab dengan kreasi dan gaya modern namun tetap mempertahankan syar'i, sehingga muslimah yang dirias akan tampil menawan, cantik, santun elegan, dan modern.
Dengan pengalaman sebagai stylish di salah satu butik busana muslim ternama di Bandung, team kami sangat professional dan sudah banyak menangani pengantin muslimah, calon pengantin untuk acara pre-wedding maupun pertunangan/lamaran, ibu-ibu pejabat untuk acara pesta maupun acara formal lainnya, maupun mahasiswi yang akan meghadiri acara wisuda.
Hal yang menjadi kelebihan kami adalah kami dapat menerima panggilan ke rumah, gedung, atau kantor untuk acara-acara yang sifatnya kecil sehingga customer/pelanggan tidak perlu datang ke tempat kami. Hal ini tentu saja menjadi lebih efisien, sehingga customer/pelanggan dapat langsung menghadiri acara tanpa harus bolak balik ke salon untuk sekedar di rias.
Untuk informasi lengkap mengenai jasa salon dan rias kerudung/jilbab muslimah ini, Silahkan Hubungi/SMS 08122331749 atau Pin BB 308ADD12, dapat juga dengan cara meninggalkan pesan di menu Shout kami.
Langganan:
Postingan (Atom)